MEDAN – Koalisi Muslim Nusantara Untuk Kebangsaan (KMNK) menegaskan bahwa Hasyim SE merupakan sosok politisi yang konsisten menjaga nilai-nilai persatuan dan kebangsaan di Kota Medan.
Dalam situasi politik yang kian dinamis, KMNK menilai Hasyim tampil sebagai pemimpin yang menolak praktik politik berbasis isu SARA, sekaligus menjadi penyejuk di tengah keragaman masyarakat Medan.
Koordinator Daerah KMNK, M. Aqil, menegaskan bahwa upaya sebagian pihak menggiring opini publik dengan menyerang Hasyim melalui isu agama dan etnis merupakan tindakan tidak etis dan berpotensi memecah belah masyarakat.
“Hasyim SE adalah figur inklusif yang justru menjadi jembatan antar perbedaan. Ia tidak pernah memanfaatkan identitas agama atau suku untuk kepentingan politik,” tegas Aqil di Medan, Jumat (10/10).
KMNK merupakan gabungan delapan organisasi Islam moderat, antara lain Aliansi Muslimin Pemuda Nusantara (AMANA), Solidaritas Lintas Iman (SOLIN), Solidaritas Agama Se-Nusantara (SANUSA), Gerakan Intelektual Muslimin Indonesia (GIMI), Solidaritas Intelektual Mahasiswa Islam Indonesia (SIMII), Solidaritas Pemuda Islam Indonesia (SPIN), Ikatan Cendekiawan Pemuda Islam Indonesia (IC-PII), dan Solidaritas Rakyat Muslimin Indonesia (SARMUSI). Mereka bersepakat menjadikan KMNK sebagai wadah moral untuk memperkuat Islam yang moderat dan menjunjung nilai kebangsaan.
Menurut Aqil, perjalanan politik Hasyim yang panjang, dari DPRD Kota Medan hingga kini duduk di DPRD Provinsi Sumatera Utara, menjadi bukti integritas dan kedewasaannya dalam berpolitik.
“Beliau selalu terbuka terhadap dialog, mendengar kritik, dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Ini ciri pemimpin sejati yang lahir dari proses panjang, bukan dari pencitraan sesaat,” ujarnya.
KMNK menilai bahwa serangan berbasis SARA yang diarahkan kepada Hasyim hanyalah bentuk kepanikan politik dari pihak yang kehabisan gagasan.
Mereka menegaskan, mencampuradukkan politik dengan isu agama dan etnis justru bertentangan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
“Medan kuat karena keberagamannya. Dan Hasyim adalah sosok yang menjaga kekuatan itu dengan tindakan nyata,” tambah Aqil.
Di mata KMNK, Hasyim SE adalah teladan bagi politisi muda karena kemampuannya merawat harmoni lintas golongan. Ia dikenal dekat dengan tokoh lintas agama, masyarakat Tionghoa, pemuda lintas etnis, dan komunitas lintas iman.
“Hasyim hadir bukan dengan ujaran kebencian, melainkan dengan ketenangan dan keteladanan,” ujar perwakilan GIMI, Dr. Fahmi Idris.
KMNK juga menyerukan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah. Mereka mengingatkan bahwa politik seharusnya menjadi ruang gagasan, bukan arena saling menjatuhkan dengan memanfaatkan perbedaan identitas.
“Hasyim SE adalah cermin dari politik yang beretika dan beradab. Ia membuktikan bahwa persatuan jauh lebih berharga daripada kepentingan sesaat,” tegas Aqil.
Sebagai penutup, KMNK mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga agar politik di Medan tetap sehat dan berorientasi pada nilai kemanusiaan.
“Kami berdiri bersama Hasyim SE karena beliau adalah simbol persatuan Medan. Dalam dirinya tergambar semangat kebangsaan yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi keadilan sosial,” pungkas Aqil. (Red)